Rabu, 12 Oktober 2011

To All Great Women On Earth

Teringatlah saya pada percakapan sederhana saat kami akan pergi ke rumah sakit. Putra ketiga kami panas tinggi. Wanita muda berseragam batik biru menganjurkan kami untuk mengecek semua barang dan memastikan rumah dalam keadaan aman  selagi kami pergi. Ia juga menyarankan kami menelpon rumah sakit untuk reservasi sehingga saat kami tiba pelayanan kesehatan sudah siap. Ketika melihat dua putera saya yang lain ia juga menanyakan apakah mereka merasa nyaman dan memberikan 2 pensil batik sebagai souvenir dengan pesan supaya rajin belajar. Kagetkah anda jika mengetahui wanita muda itu hanyalah seorang supir taksi tidak terkenal yang kebetulan lewat di Jalan Raya Kembangan Jakarta Barat pada suatu hari pertengahan tahun ini. Ia melayani dengan prima.

Teringatlah saya di suatu hari Minggu ketika seorang anak belia  mendekati saya menawarkan alat bantu belajar berhitung untuk anak pra-sekolah dan sebuah buku catatan kecil produksi anak-anak tuna rungu. Saya terbiasa menghadapi beragam cara anak-anak sekolah berbicara namun putri kecil itu bertutur dengan bahasa yang berbeda. Jauh melampaui usianya. Dia membuka percakapan dengan menanyakan berapa umur putera saya. Menjelaskan bahwa alat bantu belajar yang dijualnya pasti sesuai dengan kebutuhan putera saya. Ia melanjutkan dengan menjelaskan cara menggunaannya mengatakan saya bukan hanya memenuhi kebutuhan putera saya namun juga membantu anak-anak tuna rungu mendapatkan penghasilan. Ia marketer handal termuda yang saya tahu. Putri kecil itu berumur 8 tahun, seorang homeschooler. Ia melayani dengan kesungguhan.

Teringatlah saya pada sudut kumuh di pinggir kali pesanggarahan dekat Pasar Kemiri. Seorang wanita paruh baya mengais sampah. Selagi macet karena jalan yang terlalu kecil untuk hilir mudik kendaraan seperti sekarang, saya memiliki kesempatan untuk memperhatikan cara kerjanya. Ia memiliki ‘sense of closure’. Ia membersihkan semua sampah dengan cermat tanpa meninggalkan sisa; memisahkan sampah kering dan basah; antara organik dan non organik. Saya tahu dengan segera bahwa aliran keruh kali yang bercengkrama di bawah kami akan berterima kasih. Ibu  tukang sampah itu bukan orang biasa. Ia wanita hebat dengan integritas tinggi. Ia melayani dengan tujuan.

Teringatlah saya akan perempuan renta yang seluruh hidupnya bernama pengabdian. Ia dibesarkan oleh adat Jawa yang mengharuskannya berada di samping suami no matter what. Suaminya lak-laki keras kepala egois yang tetap menuntutnya untuk setia. Meski banyak waktu dihabiskan dengan air mata, ia bertutur bahwa bahagia baginya adalah melihat suami dan anak-anaknya berada di jalan Tuhan. Ia wanita paling hebat yang pernah saya tahu. Ia adalah ibu saya. Ia melayani dengan cinta.

Pelayanan adalah tingkatan paling luhung dari sikap dan sifat seorang pemimpin. Melayani adalah tindakan paling arif dari manusia yang mulia. Wanita bijaksana adalah wanita yang berani melepaskan atribut lainnya dan mengulurkan tangannya untuk melayani kehidupan.

Selamat Hari Ibu…

Yohanes 12 : 3 “Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.”

Jakarta, 22 Desember 2010