Rabu, 23 April 2008

It's a Break Time


Saya selalu percaya bahwa hidup adalah misi. Sebelumnya saya percaya bahwa hidup adalah untuk menghasilkan karya. Dan saat saya merasa dua keyakinan itu semakin berjalan beriringan, saya menjadi kuatir karena waktu-waktu saya sepertinya semakin singkat dan terbatas untuk menjalankan misi dan menghasilkan karya.
Saya telah memutuskan untuk mengakhiri karir saya sekarang demi suatu pembaharuan. Bukan terhadap profesi tetapi terhadap situasi yang saya rasa mulai konvensional dan tidak progresif. Ada satu kutipan yang mewejangkan saya untuk tidak mengharapkan lebih pada sesuatu yang baru (meskipun saya sangat ingin begitu) dan tidak menyesali sesuatu yang telah terjadi. Saya berharap penyesalan tidak akan ada saat kita yakin kebijaksanaan Tuhan telah menuntun kita untuk melakukan sesuatu. Dan jika ada yang salah dalam suatu keputusan, saya cenderung melihatnya sebagai ajakan Tuhan untuk membuat kita lebih berserah dan mendengar suaraNya. Mudah-mudahan saja dalam dua bulan ke depan saya akan sangat berterima kasih atas situasi yang diberikan kepada saya saat ini. Meskipun saat ini helaan nafas menemani saya untuk sekedar mengingatkan bahwa waktu-waktu di depan tidak akan berjalan dengan mudah.
Saya ingin memaknai waktu ini sebagai bentuk lain halte dalam perjalanan hidup saya. Untuk sejenak menundukkan kepala dan tegak lagi dengan satu kekuatan baru.
Dua bulan di depan. Hanya dua bulan. Dan biarlah Tuhan membentangkan kanvas perjalanan saya yang lain dalam menjalankan misi dan menghasilkan karya untuk mewartakan semua tindakan luar biasaNya dalam kehidupan saya.

Jumat, 11 April 2008

The Chonicle of Keyren




Fortis Angela bermakna malaikat yang kuat. Suatu waktu di sekitar Maret 2003 saya pernah membuat puisi dengan catatan kaki bertajuk 'The Chonicle of Keyren' http://maria-justasimplethought.blogspot.com/2007/08/kepada-keyren.html bercerita tentang wanita muda (yang saya sebut kesatria). Mengapa dia istimewa? Karena ia terlahir di tanggal yang sama dengan saya, kami memilki kampung halaman yang berdekatan dan di satu ruang dan waktu kami bersama-sama. Mengapa saya terusik untuk menulis tentangnya? Karena saat ini jiwa saya mengingat kenangannya. Sudah lima tahun berselang dari masa-masa itu dan dalam ruangan-ruangan waktu di antaranya peristiwa demi peristiwa menyatukan ataupun memisahkan.

Life is full of ups and downs --kebanyakan downs-nya barangkali. Tapi simaklah! Selalu ada pintu lain yang terbuka saat satu pintu tertutup dan selalu akan ada jendela yang terbuka saat semua pintu tertutup. Kehidupan akan menjadi semakin berat karena dunia ini bergerak ke arah kebinasaan. Tapi selama pengharapan akan kekekalan di dunia yang baru menjadi visi setiap orang, yakinlah penghiburan dan pertolongan sejati akan selalu datang tepat pada waktunya.

Saya sedang ingin mengapreasiasi kembali kenangan 'The Chonicle of Keyren' dan resensi pengarang yang saya buat hari ini membuat saya ingin memiliki kasih Tuhan yang kuat dalam kelemahan saya sebagai manusia.

Karunia Pengampunan


Mengampuni itu adalah sebuah karunia. Dan diperlukan sebuah kuasa untuk mengampuni diri sendiri. Saya tidak tahu apakah adayang setuju tapi dalam subjektivitas, saya merasakan lebih sulit mengampuni diri sendiri daripada orang lain. Aneh bukan?

Trauma karena kesalahan menimbulkan kerugian yang hakiki bagi orang lain dan kesalahan yang saya ciptakan untuk memenuhi keinginan sendiri itu membuat saya menghabiskan tahun-tahun terakhir dengan rasa resah. Secara tidak sadar saya berniat menghukum diri sendiri dengan tidak memaafkan kesalahan untuk membayar setimpal perbuatan saya. Secara tidak sadar saya membangun menara kesombongan untuk menjadikan perasaan itu berhala dalam hati saya.

Sampai pada satu kali saya ditegur dengan ungkapan bahwa mengampuni itu adalah sebuah karunia. Dan diperlukan suatu kuasa untuk mengampuni diri sendiri. Betapa sombongnya saya bila saya tetap merasa bersalah saat Sang Pembebas itu telah mengampuni saya dan betapa tidak tahu malunya saya saat menyimpan baik-baik trauma rasa sakit itu di saat dengan kasih Dia memberikan hidup baru kepada saya.

Jika dulu setiap 10 April saya selalu meyesali perbuatan yang membuat salah satu sahabat terbaik saya kecewa, tahun ini saya akan mencoba mengenangnya sebagai hari dimana saya memaknai sebuah pengampunan.

Happy belated Birthday Emilliana....