Sabtu, 10 Januari 2009

Kepada Orang-orang Tercinta (2)


Adalah Cynthia, Fiona, Sharleen, dan Ferent. Empat malaikat sekaligus kurcaci yang saya cintai. Mereka begitu muda. Belum sewindu waktu yang mereka jalani, namun ribuan arti sudah mereka torehkan pada perjalanan menapaki hakekat kehidupan saya.

Bermula dari Cynthia. Gadis mungil bermata dan berambut indah itu mengenggam tangan saudara laki-lakinya saat pertama kali pertama kami bertemu. Celoteh riangnya selalu muncul saat kami berpapasan di koridor sekolah, di lapangan, di depan toilet, di kantin, di mana-mana. Dia ramah, menyenangkan dan mengemaskan. Lalu kami disatukan dalam hubungan guru dan murid saat Juni 2007, gadis cilik bernama Cynthia Dewi itu berada di kelas saya. Dia pemberontak dengan 101 alasan, dia berdalih untuk mendapatkan pembenaran, dia menolak setiap bentuk disiplin, dan dia akan diam tidak bergeming saat diminta melakukan sesuatu yang tidak disukai. Dia selalu meninggalkan buku-bukunya dalam laci dan selalu menemukan alas an untuk keteledorannya.

Dia potongan puzzle saya yang pertama.

Mata beningnya beradu dengan kerutan dahi saya saat kami beradu argumen. Tangan kecilnya bergerak kesana-kemari seolah ikut member penjelasan bahwa ia tidak bersalah dalam setiap pelanggaran yang ia lakukan. Dan mulut kecilnya akan mengumamkan kata-kata kekecewaan saat saya menyuruhnya menjalani hukuman.

Lalu ia akan segera bereaksi. Berjalan perlahan dan melakukan persis seperti apa yang saya minta.

Senyum saya muncul. Masalah kami sudah selesai. Detik kemudian akan mentransfer kembali keceriaanya, membawa kembali rinai-rinai keriangan yang akhirnya memenuhi rasa cinta kami berdua. Cynthia adalah reporter terbaik. Keterangannya selalu dapat dipercaya, akurat, dan jelas. Dia mampu menceritakan setiap detil kejadian saat saya lemah mengawasi anak-anak. Dia akan datang seperti kamera CCTV yang memutar kembali rekaman kejadian. Tak seorang temanpun menyanggahnya. Dia asisten saya dengan kemampuan reportase terbaik.

Cynthia tidak begitu memperhatikan angka-angka ulangannya. Baginya 8, 9, 10 atau 5 adalah sama. Yang terpenting baginya adalah berbagi kebahagiaan dengan sesama. Kesedihan baginya adalah jika sesorang yang ia kasihi berada dalam masalah. Ia menangis saat saya menangis walaupun ia tidak mengerti arti tangisan saya. Baginya setiap air mata saya adalah kekecewaan karena mereka telah melukai hati saya. Dia hanya tahu bahwa jika saya bersedih ia juga akan merasakan hal yang sama. Cynthia akan berada bersama Fredrick saat teman yang lain mengeluh. Cynthia akan mengulurkan tangannya saat Rhein merasa kata-katanya melukai perasaan. Cynthia dengan senyumnya yang jenaka berada di depan saya di suatu jam makan siang dan berkata, "Mam Maria lucu kalau bilang 'enak'". Saya akan mengenang kalimat itu selamanya.

Kemudian ada Fiona. Dia mulanya muncul sebagai keponakan sahabat saya. Namun selanjutnya ia akan menjadi satu dari murid terpandai saya. Fiona Julieta. Dia punya keanggunan dan kekikukan aristokrat. Dia muncul sebagai gadis kecil dengan kepribadian kuat. Dia mewarisi keinginan untuk selalu berusaha dari ibunya. Dia punya penalaran sempurna untuk seorang anak kecil. Kelemahannya hanya karena Fiona masih harus belajar banyak untuk menerima kekecewaan dalam hatinya. Fiona sahabat yang baik dan pemimpin yang handal. Dia mampu menjaga dan membina persahabatan. Dia gadis kecil dengan komitmen.

Sepanjang hubungan kami dia hampir tidak pernah terlibat masalah. Saya hanya mengingat saat dia berada di depan bersama empat anak laki-laki lainnya. Saya tidak meminta dia maju ke depan. Saya hanya mengemukakan kalau kami ada masalah dengan sekelompok anak yang sering bermain dan berlarian di bawah pohon bambu dekat sungai. Saya menjelaskan bahaya dari aktivitas itu dan meminta kesadaran anak-anak untu mengaku. Saya tahu dia ada bersama mereka tapi saya menunggu ia maju dengan sendirinya. Saya tidak perlu menunggu. Dengan mata yang berkaca-kaca ia maju. Lalu tangisnyapun tumpah. Sejak saat itu Fiona tidak pernah lagi bermasalah. Dia seorang yang menepati janji.

Untuk beberapa periode saya memilihnya menjadi ketua kelas dan selalu merasa puas atas kepemimpinannya. She really makes me proud.

Fiona melengkapi puzzle saya yang hilang.

Setelah itu saya bertemu dengan Sharleen Putri Chasandra. Hm…gadis kecil ini istimewa. Dia tekun, bahkan sangat tekun. Dia punya idealisme. Seringnya idealism itu mendorongnya mendapatkan pencapaian akademis yang baik, namun sesekali idealism itu membawanya dalam masalah. Dia tertutup pada awalnya. Dibutuhkan waktu lebih lama bagi Sharleen untuk berani berbicara. Dia hanya akan menatap dan melakukan tugas-tugasnya. Dia hampir selalu menyelesaikan tugas pertama kali.

Setelah sekian lama kami mulai berbicara.

Sharleen kecil selalu berusaha menjadi yang terbaik. Saya menghormati setiap perjuangan yang ia lakukan. Saya selalu menyebutnya sebagai alasan bagi teman-teman yang lain untuk berusaha lebih keras. Sharleen mampu mengatur dirinya dengan baik. Dia menjadi murid perempuan favorit bagi murid-murid laki-laki. Seringkali Rhein dan Richard datang berbisik kepada saya meminta dan membujuk agar boleh duduk bersama Sharleen. Saya sering menjadikan 'duduk bersama Sharleen' sebagai 'reward' bagi Richard dan Rhein jika mereka mampu menjadi lebih baik. Dan itu selalu berhasil.

Sharleen memang motivasi bagi sebagian murid laki-laki saya.

Sharleen menempelkan potongan lain dalam puzzle kehidupan saya.

Ferent muncul di saat-saat terakhir. Fillanta Ferent Onggo. Dia seorang penghibur. Dia datang dengan keberaniannya. Ferent menghadapi kesulitan pada mulanya. Kedatangannya di pertengahan tahun akademik membuatnya berusaha lebih keras mengejar ketinggalan. Dan dia berhasil.

Ferent bagi saya adalah cerminan kepolosan anak-anak. Suatu hari dia datang kepada saya bertanya, "Mam, mengapa ya perempuan itu selalu tertindas?" Saya kaget setengah mati dengan pertanyaan cerdas seperti itu. Mungkinkah dari seorang anak kelas 1 SD muncul pertanyaan gender dan kepedulian sosial seperti itu? Dengan pelan saya kembalikan pertanyaannya. "Mengapa Ferent bertanya seperti itu?" Kemudian dengan nada malas-malasan dia berkata, "Habis, kalau anak laki-laki punya masalah dan dihukum sama Mam Maria, kami anak perempuan jadi 'gak boleh main juga." Saya sadar seketika. Sejak saat itu hukuman satu untuk semua diharamkan bagi kelas saya.

Ferent seorang fleksibel. Dia mampu memahami alasan, tidak masalah dengan alternatif, dan tetap ceria meskipun akhirnya kami hanya menjalankan rencana kedua. Namun sikap itu menjadi masalah saat saya memintanya melakukan sesuatu. Jika ia tidak berhasil melaksanakan tugas yang saya berikan, ia akan langsung memutuskan untuk melakukan hal yang lain tanpa berkonsultasi kepada saya. Sama seperti Cynthia, Ferent senang membantu. Memiliki dua gadis kecil seperti mereka dalam kelas saya seolah membawa seluruh kebahagiaan untuk hidup saling mengasihi.

Ferent menutup puzzle saya menjadi keeping yang utuh.

Cynthia, Fiona, Sharleen, dan Ferent – terimalah rasa terima kasih saya yang tidak terhingga karena sudah menceritakan kisah bahagia untuk saya. Tetaplah menjadi malaikat-malaikat kecil yang menjaga persabahatan yang terbina antara kita –the class of 2007. Saya menikmati setiap persembahan cinta yang kalian berikan. Kado-kado kecil, surat-surat pendek, dan karya-karya lucu yang kalian berikan akan saya simpan dalam hati –selamanya.


Tidak ada komentar: