Jumat, 03 Agustus 2007

Pak Nano

Dunno what to write this time. i m just thinking of someone who was not really important in my life until the day he died. Ada seorang tukang ojek tua yang setia mengantar jemput anak-anak Sekolah Makarios. Pak Nano, namanya. Aku pertama kali bertegur sapa saat tangan keriput tuanya membantu mengancingkan jaket Bella, anak kelas satu, yang akan naik ojeknya -yang juga tampak tua-. Dia hanya sekedar tukang ojek, tapi perhatian yang diberikan pada anak-anak yang dipercayakan padanya adalah layaknya seorang kakek pada cucunya. Sesekali aku ikutan nebeng naik ojeknya jika pekerjaan di sekolah tidak banyak dan aku pulang sebelum waktunya. He was just Pak Nano. Jumat lalu, aku mendengar dia meninggal. Setelah sebelumnya dia masih 'narik', kami seolah tidak percaya mendengar dia meninggal. mungkin serangan jantung. He was just still Pak Nano, si tukang ojek. Tapi aku merasa kehilangan ini sama artinya dengan kehilangan seseorang yang disayangi. mungkin karena aku terbiasa melihatnya setiap hari. terbiasa melihat senyumnya diantara mata tuanya yang sarat beban hidup. terbiasa melihat tangan tuanya yang gemetar membantu mengancingkan jaket bella dan meletakkan helm kecil dikepalanya. terbiasa mendengar suara lirihnya berkata, 'mari bu' sebelum dengan susah payah menghidupkan mesin motor bututnya. terbiasa merasakan betapa tulusnya pengabdian yang diberikan untuk memastikan anak-anak sampai di sekolah dan rumah dengan selamat. untuk semuanya itu, beliau patut dikenang.

Tidak ada komentar: