Orang biasanya tertarik dengan hal-hal baru. Namun nama Sundari Kurniadi dari milis SSCQ bukanlah nama baru. Saya sering malas membaca imel-imel grup yang kadang isinya tidak berhubungan dengan saya. (Apakah ada yang sama egoisnya dengan saya?) Dan Sundari Kurniadi sama sekali tidak ada koneksinya dengan saya, selain nama belakang Kurniadinya mengingatkan saya kepada Tante Lucy pengelola Katering Sekolah Makarios yang selalu punya senyum termanis. Tapi kesan dalam imelnya yang diposting ke milis SSCQ memberikan sesuatu yang baru. Tidak begitu baru memang, tapi kesan itu dirilis ulang dan di wrap baik sekali sehingga saya merasa menemukan sesuatu yang baru dalam jiwa saya. Betapa selama ini saya selalu mempunyai alasan untuk membenarkan kesalahan-kesalahan saya, betapa selama ini saya selalu memiliki penjelasan logis terhadap kekeliruan-kekeliruan saya, betapa keangkuhan saya untuk meminta maaf saya bungkus dalam aktualisasi diri yang berlabel 'identitas', betapa kesombongan saya dimanipulasi atas nama 'cinta', betapa bobroknya jiwa saya selama ini. Dan imel seorang Sundari Kurniadi tentang doa pastor yang punya nyali dan celetukan sederhana penuh hakikat bocah-bocah mengingatkan saya betapa saya harus kembali ke kasih saya yang mula-mula. Untuk itu semua saya merasa telah bertemu dengan kesan yang mendalam. Terima kasih Ibu Sundari Kurniadi. Terima kasih Tante Asun. Semoga sabat ini awal dari persahabatan kita. Blessed Sabbath...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar